Sosial media dan gadget memang sangat bermanfaat. Namun pengaruh negatif sosial media dan gadget seharusnya wajib menjadi perhatian. Pengaruh teknologi tersebut bisa berbahaya untuk kesehatan fisik & mental, terutama pada remaja dan anak-anak.
Pembahasan ini dianggap penting karena sosial media & ponsel adalah 2 hal yang sangat kerap digunakan pada kegiatan sehari-hari kita. Pada artikel ini kita akan membahas pengaruh negatif apa saja yang bisa disebabkan oleh sosial media dan penggunaan ponsel berdasarkan studi dan penelitian yang ada.
Pengaruh Buruk Penggunaan Gadget
Smartphone atau handphone, merupakan gadget yang hampir tidak mungkin terlepas dari kehidupan sehari-hari manusia modern. Dimana sosial media adalah salah satu aplikasi pada ponsel, masih banyak kegunaan ponsel yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas.
Namun gadget tidak sepenuhnya bermanfaat. Banyak dari kita yang kecanduan smartphone, hal ini menjadi sangat berbahaya dan dapat berdampak negatif terhadap kesehatan kita. Dampak ini terutama berbahaya bagi anak-anak dan remaja. Berikut adalah beberapa pengaruh negatif ponsel pada manusia.
1. Berdampak Negatif Kepada Mental
Pada tahun 2022, sebuah penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara penggunaan ponsel berlebihan dan masalah kesehatan mental [2]. Berdasarkan pengamatan, penggunaan ponsel yang terlalu sering dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan.
Peserta dari kelompok penggunaan ponsel intens memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami kesepian, depresi, kontrol impulsivitas yang rendah, dan gangguan mood. Hal ini sangat berbeda secara statistik dibandingkan kelompok yang tidak sering menggunakan ponsel.
Hal ini juga terjadi pada remaja [5], dimana ditemukan bahwa anak yang lebih banyak terpapar penggunaan ponsel dan berisiko lebih tinggi mengalami kecanduan ponsel dan gejala depresi.
2. Membawa Banyak Efek Negatif Pada Kesehatan Fisik
Penggunaan ponsel yang terlalu sering dapat menyebabkan ketegangan mata, nyeri leher, nyeri punggung, dan peningkatan berat badan dalam sebuah penelitian [2]. Hal ini juga sangat berbeda secara statistik dengan kelompok yang tidak sering menggunakan smartphone.
Pada studi tersebut, ditemukan perbedaan penambahan berat badan yang sangat signifikan antara pengguna intens dan pengguna non-intens. Disimpulkan bahwa penggunaan ponsel yang eksesif dapat meningkatkan obesitas karena waktu untuk berolahraga justru digunakan untuk bermain handphone.
Pada studi lain, kesulitan tidur, sakit kepala, penurunan daya ingat, dan gangguan pendengaran juga dilaporkan sebagai pengaruh negatif penggunaan gadget pada kesehatan [3].
3. Mempengaruhi & Dipengaruhi Hubungan Anak Dengan Orang Tua
Diamati dalam sebuah penelitian bahwa hubungan orang tua-anak berkaitan terbalik dengan penggunaan gadget yang bermasalah. Yang berarti apabila hubungan baik antara orang tua & anak itu tinggi, maka kemungkinan penggunaan smartphone bermasalah / intens jauh lebih kecil [4 , 6].
Studi tersebut menekankan pentingnya membentuk hubungan orang tua-anak yang berkualitas tinggi untuk melindungi anak dari risiko penggunaan gadget yang bermasalah.
Disisi lain, sebuah studi lain yang memiliki kesimpulan serupa juga menemukan bahwa ketergantungan pada ponsel bisa berdampak negatif pada hubungan anak & orang tua. Ini diakibatkan oleh kegagalan pada kemampuan kognitif seperti ingatan, perhatian, persepsi, dan pengambilan keputusan [7].
4. Dampak Negatif Pada Performa Akademik Anak & Remaja
Pada sebuah studi dengan judul “The Effect of Cellphones on Attention and Learning: The Influences of Time, Distraction, and Nomophobia” ditemukan bahwa ponsel turut berperan dalam penurunan konsentrasi saat belajar karena perannya sebagai distraksi yang mengganggu proses pembelajaran [8].
Pada penelitian tersebut, ditemukan bahwa murid yang terdistraksi oleh ponsel menghasilkan performa lebih buruk pada tes untuk materi yang sama dibandingkan dengan mereka yang tidak terdistraksi oleh ponsel.
Pada penelitian lain, diperoleh hubungan yang erat antara penggunaan ponsel intens pada anak-anak lebih (> 2 jam), dengan level “penggunaan ponsel bermasalah” yang lebih tinggi. Hal tersebut turut berkaitan erat dengan kualitas hidup yang lebih rendah, performa akademik yang buruk, dan masalah pada perilaku anak [9].
5. Risiko Anak Terekspos Pada Konten Yang Tidak Layak
Aplikasi ponsel dapat mengekspos anak-anak atau remaja pada konten dewasa seperti konten seksual, kekerasan, kata-kata yang tidak senonoh, dan penggunaan narkoba, yang mengakibatkan risiko keamanan, masalah mental, dan privasi yang tidak sesuai dengan umur mereka [10].
Konten-konten seperti ini tentunya harus dihindari dengan pemantauan penggunaan ponsel secara seksama oleh orang tua. Salah satunya adalahd dengan menggunakan fitur atau aplikasi parental control.
6. Sindrom Smart Phone Finger & Smartphone Pinky
Walaupun belum ada penelitian yang membahas secara detail mengenai penyakit jari yang disebabkan oleh penggunaan ponsel yang intens ini, namun sudah beberapa kasus dilaporkan [11].
Sindrom smartphone finger terjadi akibat gerakan yang berulang-ulang pada jemari yang aktif menggunakan smartphone. Gerakan berulang dapat membuat tendon pada jari lelah, mengakibatkan aus dan robek pada tendon serta rasa sakit dan peradangan. Penyakit ini sebenarnya disebut tendinitis [12].
Sedangkan sindrom smartphone pinky terjadi karena jari kelingking yang selalu dijadikan penopang utama beban smartphone. Beberapa kasus melaporkan terjadinya deformasi pada kelingking setelah penggunaan gadget yang intens [11, 13].
Pengaruh Sosial Media Pada Kesehatan & Mental
Kerap kita bangun tidur langsung cek ponsel dan membuka sosial media atau WhatsApp. Ini merupakan aktifitas yang tidak bisa lepas dari kegiatan sehari-hari kita. Tiba-tiba sudah 1-2 jam lewat begitu saja. Pernah terjadi pada Anda?
Kecanduan sosial media merupakan fakta [14] yang dialami oleh pengguna smartphone. Ternyata kebiasaan ini sangat buruk. Kecanduan menyebabkan pengguna sosial media yang intens melakukan doomscrolling.
Doomscrolling didefinisikan sebagai kebiasaan menelusuri media sosial secara obsesif mencari konten yang tidak bermanfaat dan negatif dalam jangka waktu yang lama [22]. Hal ini begitu imersif dan menjadi kebiasaan buruk pengguna sosial media.
Doomscrolling menyebabkan tingkat ketegangan psikologis yang lebih tinggi dan tingkat indikator kesejahteraan mental, kepuasan hidup, dan harmoni dalam hidup yang lebih rendah [22]. Beberapa hal yang menjadi pengaruh buruk akibat kecanduan sosial media & doomscrolling dibahas dibawah:
1. Memperparah Stres dan Depresi
Sebuah penelitian pada tahun 2016, meninjau penggunaan sosial media pada 1,742 orang yang berumur 19-32 tahun, dimana 50.3% dari partisipan adalah perempuan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan sosial media berkaitan sangat erat dengan peningkatan level depresi pada para partisipan [1].
Hal ini turut didukung oleh beberapa studi lain yang menemukan hubungan signifikan antara penggunaan sosial media dan anxiety, depresi & level stress [15, 16, 17].
Sebuah penelitian menjelaskan bahwa orang yang menghabiskan lebih banyak waktu dalam kegiatan stagnan seperti penggunaan media sosial, memiliki lebih sedikit waktu untuk interaksi sosial tatap muka yang sebenarnya bisa melindungi terhadap gangguan mental [16].
2. Menimbulkan Rasa Iri Atau Kecemburuan Sosial
Pada studi yang sama, dinyatakan bahwa media sosial mendorong untuk menampilkan visual / kedok yang menyorot hanya pada kesenangan, kebahagiaan, kemewahan dan kegembiraan. Namun tidak menunjukkan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari pada tingkat yang lebih dalam.
Hal ini dapat menimbulkan kecemburuan sosial, atau rasa iri bagi orang-orang yang mengkonsumsi konten tersebut. Juga ditemukan bahwa iri sosial di media sosial dapat memengaruhi tingkat kecemasan dan depresi pada individu.
3. Merangsang Kompleks Inferioritas & Kecemasan Sosial
Postingan dengan tema-tema yang khusus menyorot kemewahan seseorang dapat menimbulkan perasaan inferior bagi para audiens konten tersebut [17]. Hal ini menimbulkan kompleks inferioritas karena ada perbandingan antara diri sendiri dengan seseorang pada sebuah konten [18].
Dalam survei kuesioner yang dilakukan di Singapura, para peneliti menemukan bahwa peserta yang intensif menggunakan Instagram cenderung memiliki tingkat kecemasan sosial yang lebih tinggi, menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat meningkatkan kecemasan sosial pengguna [18].
Konten “pamer” juga menimbulkan kecemasan sosial. Istilah kecemasan sosial merujuk pada fenomena yang ada dalam situasi sosial di mana seseorang memiliki keinginan kuat untuk memberikan kesan baik atau hebat kepada orang lain, sementara orang tersebut tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya [17].
4. Menurunkan Kepercayaan Diri
Penggunaan sosial media yang intens juga menyebabkan kepercayaan diri yang lebih rendah pada pengguna media sosial, dan rendahnya kepercayaan diri ini bisa lebih lanjut menyebabkan kecemasan sosial yang lebih tinggi [19].
Pengguna media sosial secara umum melakukan perbandingan sosial keatas, daripada perbandingan sosial kebawah ketika mereka menggunakan media sosial. Hal ini terjadi terutama pada orang-orang yang membandingkan dirinya dengan orang-orang yang “terlihat” lebih hebat dibanding dirinya sendiri.
Perbandingan keatas ini dikaitkan secara erat dengan penurunan tingkat percaya diri yang signifikan [20]. Sedangkan tingkat kepercayaan diri yang rendah akan menyebabkan kecemasan sosial yang lebih tinggi lagi.
5. Kemungkinan Merusak Mental & Moral Anak
Peningkatan penggunaan media digital dan sosial berkaitan dengan gangguan status fisik dan mental pada anak-anak, termasuk depresi, kecemasan, cyberbullying, gangguan tidur, masalah perilaku, sexting, suicidal dan miopia [21].
Penggunaan sosial media tanpa panduan dan pemantauan pada anak-anak dan remaja, akan mengekspos mereka kepada beberapa risiko berbahaya. Termasuk cyberbullying yang mempengaruhi anak usia 11–13 tahun dan remaja usia 14–17 tahun pada sebuah penelitian di Italia [21].
Para remaja juga lebih rentan dan sangat mungkin untuk mengadopsi perilaku berisiko, termasuk penyalahgunaan zat berbahaya, perilaku seksual, kacanduan main game, berjudi, modus online grooming, atau kekerasan.
Kombinasi Fatal Smartphone & Sosial Media
Mengetahui pengaruh negatifnya, maka efek dari menggunakan ponsel & sosial media berpotensi untuk memberikan dampak yang buruk. Walaupun efek negatif tersebut tentunya berkaitan erat dengan intensitas penggunaan.
Cukup banyak orang dewasa yang terkena imbas efek negatif kedua teknologi tersebut. Padahal kita ketahui bahwa orang dewasa lebih bisa mengontrol perilaku dan kebiasaannya dibandingkan remaja & anak-anak.
Tentunya efek negatif akan jauh lebih parah untuk remaja dan anak-anak yang belum bisa mengontrol perilaku impulsifnya, dan masih dalam tahap perkembangan.
Timbulnya kecemasan berlebih, rendah toleransi, perilaku anti sosial, impulsivitas, suasana hati yang tidak stabil, ketidakjujuran, dan rendah motivasi telah diidentifikasi sebagai risiko akibat kecanduan gadget dan sosial media [21].
Disarankan agar kita dapat mengontrol diri dan lebih bijak dalam penggunaan smartphone & sosial media, serta memberikan pengawasan yang cukup untuk penggunaan gadget dan sosial media pada remaja dan anak-anak. Jika artikel ini menarik untuk Anda, cek juga artikel kami tentang apakah vape lebih berbahaya dari rokok konvensional?