Bagaimana Perbandingan Vaping Dengan Merokok Tembakau?
Pada sebuah studi pada tahun 2021 yang berjudul “An updated overview of e-cigarette impact on human health“, disimpulkan bahwa vaping tidak berada pada level toksik yang sama dengan merokok tembakau, alias lebih rendah [1].
Apakah vape aman atau tidak, ini menjadi topik yang sangat menarik. Karena pada kenyataannya regulasi di berbagai negara berbeda-beda untuk rokok elektrik ini. Serta maraknya vape dan sejenisnya di pasar Indonesia yang tidak diregulasi penggunaanya.
Misalnya si Singapura, Brazil & beberapa negara bagian di Amerika Serikat, penjualan rokok elektrik atau vape dilarang sama sekali. Sedangkan di Indonesia tidak ada larangan mengenai vaping.
Dimana Uni-Eropa memperbolehkan penjualan rokok listrik dengan kadar nikotin maksimal 20 ng/mL. Bahkan di Britania Raya masyarakat dihimbau untuk menggunakan vape atau rokok elektrik sebagai fasilitas untuk berhenti merokok.
Apa Yang Membuat Vaping Tidak Seberbahaya Rokok?
Yang menjadi penyebab rokok konvensional jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan vaping / rokok elektrik adalah karena adanya proses pembakaran pada rokok tembakau.
Yang mana hasil pembakaran tersebut dilansir menghasilkan 7,000 senyawa yang sangat berbahaya [2].
Yang mana ratusan diantaranya toksik untuk kesehatan, dan 70 diantaranya termasuk pada golongan karsinogen (penyebab kanker). Diantaranya adalah Benzene, Ammonia, Formaldehyde, Nickel, Tar, Carbon Monoxide, dan lain-lain [3].
Namun bukan berarti vaping / rokok elektrik tidak berbahaya. Vaping tetap berbahaya dan dapat meningkatkan risiko untuk mengalami penyakit pernapasan [4] dan mengekspos tubuh terhadap radikal bebas yang bisa menyebabkan kanker [5].
Namun vaping dianggap 95% lebih aman dibandingan dengan rokok konvensional oleh PHE (Public Health England),yang merupakan badan eksekutif departemen kesehatan Britania Raya [6].
Kesimpulan tersebut diperoleh karena mayoritas dari senyawa berbahaya dan toksik yang ada pada rokok, tidak terkandung pada rokok elektrik/vape.
Walaupun memang, tetap ditemukan beberapa senyawa toksik pada vape yang juga ditemukan pada rokok konvensional, namun kandungan senyawa tersebut hanya pada level yang sangat rendah.
Menurut studi yang sama, second-hand smoking (perokok pasif) tidak terekspos pada ancaman senyawa berbahaya yang sama dengan rokok konvensional.
Vape mengeluarkan level nikotin yang sangat rendah di udara, sehingga dianggap tidak berarti untuk perokok pasif.
Jadi Apa Risiko Menggunakan Vape?
Vaping bukan aktifitas yang menyehatkan dan tetap berbahaya untuk vapers, terutama apabila dibandingkan dengan orang yang tidak vaping dan merokok sama sekali. Vaping bukan alternatif dari merokok yang 100% aman tanpa risiko.
Hal ini menjawab pertanyaan; “Apakah vape aman atau tidak?”. Jawabannya adalah tidak, tapi tidak separah rokok.
Hal ini terjadi karena fakta bahwa tetap ditemukan senyawa pada rokok dengan jumlah yang jauh lebih sedikit [6]. Dibawah adalah beberapa risiko vaping yang dikumpulkan dari berbagai nara sumber:
1. Ketergantungan Nikotin
Penelitian yang dilakukan oleh BMC Public Health pada tahun 2017 menemukan bahwa banyak pengguna rokok elektrik mengalami peningkatan ketergantungan nikotin dan kesulitan dalam berhenti merokok [7].
Ketergantungan nikotin ini bisa membahayakan kesehatan jangka panjang [8]. Sehingga disimpulkan bahwa vaping juga berpotensi menciptakan ketergantungan nikotin yang kuat.
2. Efek terhadap Saluran Pernapasan
Salah satu bahaya utama dari vaping adalah dampak negatifnya pada saluran pernapasan. Vaping mengandung bahan kimia berbahaya seperti formaldehida dan aseton yang dapat merusak paru-paru.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal “Environmental Health Perspectives” pada tahun 2018 menemukan bahwa senyawa kimia dalam uap e-sigaret dapat merusak sel-sel paru-paru dan menyebabkan peradangan [9].
3. Bahaya Kesehatan Mental
Selain risiko fisik, penggunaan e-sigaret juga dapat berdampak pada kesehatan mental. Hal ini cukup penting mengetahui pada umumnya penggunaan vape atau rokok sering dikaitkan dengan relaksasi beban mental dan stress.
Penelitian yang diterbitkan dalam “JAMA Network Open” tahun 2019 menemukan bahwa remaja yang menggunakan rokok elektrik memiliki risiko 2x ebih tinggi mengalami gejala depresi dibandingkan dengan yang tidak menggunakan [10].
4. Krisis Vaping-Associated Lung Injury (EVALI)
Pada tahun 2019, Amerika Serikat menghadapi krisis yang disebut EVALI, yang terkait dengan penggunaan produk vaping. Puluhan ribu kasus penyakit paru-paru akut yang serius terjadi, dan beberapa kematian dilaporkan.
Penelitian yang diterbitkan dalam “The New England Journal of Medicine” pada tahun 2019 secara khusus mengidentifikasi kasus EVALI yang berkaitan dengan vaping [10, 11].
5. Paparan Formaldehyde (formaldehida) & Risiko Kanker
Vaping tetap berbahaya bagi pengguna dan juga bagi orang di sekitarnya. Uap rokok elektrik mengandung senyawa berbahaya seperti formaldehida (termasuk karsinogen) yang dapat berdampak negatif pada kesehatan orang yang terpapar.
Sebuah penelitian menemukan bahwa vaping menghasilkan paparan formaldehida yang tentunya dapat menyebabkan risiko kesehatan bagi pengguna & non-pengguna [12].
Walaupun risiko paparan yang dimaksud jauh lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional [13].
Kesimpulan
Bahaya vaping telah dibuktikan melalui berbagai penelitian ilmiah yang mengungkapkan dampak negatif pada kesehatan fisik, mental, dan lingkungan.
Walaupun memang berdasarkan beberapa penelitian, risiko vaping tidak sebesar apabila Anda menggunakan rokok konvensional.
Risiko ketergantungan nikotin, dampak pada saluran pernapasan, dan bahaya kesehatan lainnya harus dipertimbangkan dengan serius. Selain itu, penting untuk memahami bahwa vaping bukan alternatif yang 100% aman.
Informasi ini harus menjadi dasar bagi pengambilan keputusan yang bijak dalam penggunaan produk rokok elektronik.
Para perokok juga harus jeli dalam memilih konsumsi makanan, terutama yang bisa menjaga kesehatan dan melawan kanker.
Simak penelitian tentang brokoli, lemon & daun sirsak, yang diketahui memiliki kandungan senyawa yang bisa melawan kanker. Jadi menurut Anda Apakah vape aman?