Bahaya MSG & Micin – Cek Fakta Berdasarkan Penelitian Global

Bahaya MSG kebanyakan
Daftar Isi Artikel
Reading Time: 9 minutes

Apa itu MSG?

Monosodium glutamat (MSG) adalah garam natrium dari asam glutamat, salah satu asam amino non-esensial yang secara alami terdapat dalam berbagai makanan seperti tomat, keju, dan jamur. Di Indonesia, MSG juga dikenal dengan sebutan micin atau mecin.

MSG sering digunakan sebagai bahan tambahan pangan untuk meningkatkan cita rasa umami dalam masakan. Sejak ditemukan oleh Dr. Kikunae Ikeda pada tahun 1908, MSG telah menjadi komponen penting dalam industri makanan di seluruh dunia.

makan mi ada MSGnya

Dr. Ikeda, seorang profesor kimia di Universitas Kekaisaran Tokyo, mengisolasi asam glutamat dari rumput laut kombu dan menyadari bahwa senyawa ini memberikan rasa gurih yang khas, yang kemudian ia namakan “umami”. Penemuan ini membuka jalan bagi produksi massal MSG sebagai penambah rasa (Sciencehistory.org, accessed 07/01/25).

Namun, meskipun penggunaannya meluas, MSG kerap menjadi subjek perdebatan dan diselimuti berbagai mitos terkait dampaknya terhadap kesehatan. Beberapa pihak mengklaim bahwa konsumsi MSG dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari sakit kepala hingga gangguan neurologis.

Artikel ini bertujuan untuk mengulas fakta-fakta ilmiah mengenai MSG, bahaya MSG, mengevaluasi klaim-klaim kesehatan yang sering dikaitkan dengannya, dan mengkonfirmasi apakah mitos tersebut benar adanya.

Mitos Tentang Bahaya MSG

Sangat banyak mitos tentang bahaya MSG / micin yang sudah menjadi bahan pembicaraan di kehidupan sehari-hari. Misalnya “Jangan makan micin terus, nanti jadi kamu jadi bodoh.” atau “Eh, kebanyakan makan MSG bisa kanker lho,” dan sebagainya. Namun bagaimana faktanya?

Mitos 1 – MSG / Micin Menyebabkan ‘Sindrom Restoran Cina’

Pada tahun 1968, istilah “Sindrom Restoran Cina” muncul setelah laporan yang mengaitkan konsumsi MSG dengan gejala seperti sakit kepala dan berkeringat. Namun, penelitian lebih lanjut tidak menemukan bukti kuat yang mendukung klaim ini. Sebuah studi menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam gejala antara mereka yang mengonsumsi MSG dan plasebo (Andreozzi et al., 2019).

Mi instan mengandung MSG

Mitos 2 – MSG Menyebabkan Asma dan Reaksi Alergi Lainnya

Beberapa orang percaya bahwa salah satu bahaya MSG adalah dapat memicu serangan asma atau reaksi alergi lainnya. Namun, tinjauan sistematis tidak menemukan bukti yang mendukung hubungan antara konsumsi MSG dan eksaserbasi asma. Demikian pula, penelitian lain menunjukkan bahwa MSG jarang menjadi penyebab biduran kronis (Andreozzi et al., 2019).

Mitos 3 – MSG Menyebabkan Kerusakan Otak

Ada kekhawatiran bahwa MSG dapat menyebabkan kerusakan otak dengan meningkatkan kadar glutamat di otak. Namun, penelitian menunjukkan bahwa glutamat dari MSG tidak menyeberangi sawar darah-otak dalam jumlah yang signifikan, sehingga tidak mempengaruhi fungsi otak (Zanfirescu et al., 2019).

Mitos 4: MSG Menyebabkan Kanker

Beberapa orang percaya bahwa konsumsi MSG dapat meningkatkan risiko kanker. Namun, tidak ada bukti ilmiah yang meyakinkan yang mendukung klaim ini. Penelitian yang ada tidak menunjukkan hubungan langsung antara konsumsi micin dan peningkatan risiko kanker pada manusia (Zanfirescu et al., 2019), atau menggunakan dosis yang sangat berlebihan.

Mitos 5: MSG Bikin Bodoh

Ada anggapan bahwa bahaya MSG lainnya yaitu dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif atau “membuat bodoh”. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa pemberian MSG dalam dosis sangat tinggi dapat mempengaruhi fungsi otak, tetapi dosis tersebut jauh melebihi tingkat konsumsi manusia normal. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa konsumsi MSG dalam jumlah wajar berdampak negatif pada kecerdasan manusia (Zanfirescu et al., 2019).

Mitos 6: MSG Tidak Alami

Beberapa orang percaya bahwa MSG adalah zat buatan yang tidak alami. Faktanya, MSG adalah bentuk murni dari glutamat, asam amino yang secara alami terdapat dalam banyak makanan seperti tomat, keju, dan jamur. Proses produksi MSG melibatkan fermentasi, metode alami yang juga digunakan dalam pembuatan yogurt dan cuka (Zanfirescu et al., 2019).

Bahaya MSG terlalu banyak

Mitos 7: MSG Menyebabkan Obesitas

Beberapa penelitian awal mengaitkan konsumsi MSG dengan peningkatan risiko obesitas. Namun, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa tidak ada bukti konklusif yang mendukung klaim ini. Faktor lain, seperti pola makan dan gaya hidup, memiliki peran yang lebih signifikan dalam perkembangan obesitas (Zanfirescu et al., 2019).

Otoritas Kesehatan Internasional: MSG Aman Dikonsumsi

Monosodium glutamat (MSG) telah dievaluasi oleh berbagai otoritas kesehatan internasional dan dinyatakan aman untuk dikonsumsi dalam batas yang ditetapkan. Food and Drug Administration (FDA) mengklasifikasikan MSG sebagai “Generally Recognized As Safe” (GRAS) (fda.gov, accessed 07/01/25).

Meskipun beberapa individu melaporkan sensitivitas terhadap MSG, penelitian ilmiah tidak berhasil secara konsisten memicu reaksi tersebut dalam kondisi terkontrol.

Demikian pula, European Food Safety Authority (EFSA) telah melakukan evaluasi ulang terhadap keamanan asam glutamat dan glutamat yang digunakan sebagai aditif makanan. EFSA menetapkan asupan harian yang dapat diterima (Acceptable Daily Intake atau ADI) sebesar 30 mg per kilogram berat badan per hari untuk semua aditif ini (efsa.europa.eu, accessed 07/01/25).

Namun, EFSA juga mencatat bahwa estimasi paparan diet terhadap asam glutamat dan glutamat mungkin melebihi tingkat aman ini pada beberapa kelompok populasi, sehingga mereka merekomendasikan peninjauan ulang terhadap batas maksimum yang diizinkan untuk aditif ini.

orang indonesia suka makan mi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), melalui “Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives” (JECFA), juga telah menilai MSG dan menetapkannya sebagai aditif makanan yang aman bila dikonsumsi dalam batas yang ditetapkan.

JECFA adalah komite ahli ilmiah internasional yang dikelola bersama oleh Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) dan WHO. Sejak tahun 1956, JECFA telah melakukan evaluasi terhadap keamanan aditif makanan, kontaminan, toksikan alami, dan residu obat hewan dalam makanan (Walker & Lupien, 2000).

Secara keseluruhan, konsensus dari berbagai otoritas kesehatan adalah bahwa MSG aman untuk dikonsumsi dalam jumlah yang wajar. Namun, penting untuk memperhatikan asupan total dari berbagai sumber makanan untuk memastikan tidak melebihi batas asupan harian yang direkomendasikan.

Jika Anda masih takut konsumsi MSG, sekedar sharing bahwa berdasarkan sebuah penelitian, Vitamin C dapat membantu melawan efek toksik MSG dengan meningkatkan jumlah sel yang bertahan dan memperkuat perlindungan sel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Vitamin C dapat melindungi timus dari dampak negatif MSG (Hajihasani, 2020).

Lalu Siapa Dalang Dibalik Mitos Tentang MSG? Mungkin…

Selama bertahun-tahun, banyak dari kita mungkin pernah mendengar bahwa MSG adalah biang keladi di balik berbagai masalah kesehatan, mulai dari sakit kepala hingga penurunan fungsi otak.

Istilah seperti “Generasi Micin” pun muncul untuk menggambarkan generasi yang dianggap kurang cerdas akibat konsumsi MSG. Namun, apakah benar MSG yang harus disalahkan? Karena bukti-bukti pada penelitian terbaru telah memecahkan hoax tentang bahaya MSG yang santer beredar.

Di sisi lain, mari kita perhatikan kemungkinan lainnya. Indonesia adalah konsumen mi instan terbesar kedua di dunia. Mi instan menawarkan rasa yang luar biasa nikmat, harga yang terjangkau, ketersediaan yang melimpah, dan mudah dibuat. Mi Instan mengandung MSG, mungkin dari sinilah pandangan negatif tentang MSG di Indonesia terlahir.

mi instan sangat berbahaya

Mi instan umumnya tinggi akan kandungan natrium dan lemak jenuh, namun rendah serat dan protein. Konsumsi natrium yang berlebihan dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan stroke.

Selain itu, pola makan yang didominasi oleh makanan olahan seperti mi instan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko sindrom metabolik, yang mencakup kondisi seperti obesitas dan diabetes tipe 2 (Healthline.com, accessed 08/02/25).

  • Konsumsi Mi Instan dan Risiko Kardiometabolik: Sebuah penelitian menemukan bahwa konsumsi mi instan yang sering dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa, menunjukkan potensi risiko kardiometabolik. Kondisi ini dapat mempengaruhi aliran darah ke otak dan, seiring waktu, mempengaruhi fungsi kognitif (IS Huh, 2017).
  • Pengaruh Makanan Ultra-Proses terhadap Fungsi Kognitif: Sebuah studi yang dipublikasikan oleh Harvard Health menemukan bahwa peningkatan 10% dalam konsumsi makanan ultra-proses, seperti mi instan, dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan kognitif dan stroke. Makanan ini umumnya tinggi karbohidrat olahan yang dapat menyebabkan lonjakan insulin, mempengaruhi fungsi sel otak, dan berpotensi menyebabkan peradangan yang merusak sel-sel otak (Medicalnewstoday.com, accessed 10/02/25) (Goncalves et al., 2022) (M. Bhave et al., 2024).

Ini baru 2 dari sekian banyak bahaya konsumsi mi instan yang kami temukan. Alih-alih menyalahkan MSG yang telah terbukti aman dalam banyak penelitian, mungkin justru konsumsi mi instanlah yang menjadi sebab utama munculnya penyakit-penyakit dalam mitos MSG. Yang mana tentunya, bahaya konsumsi mi instan akan kami bahas di artikel selanjutnya.

Bagikan Informasi Ini

About the Author

atlit yang kuat karena magnesium

Manfaat Magnesium : Nutrisi Super Untuk Atlit

Reading Time: 11 minutesApa itu Magnesium? Magnesium adalah salah satu elemen kimia (metal); memiliki simbol Mg. Ada banyak manfaat Magnesium bagi kesehatan kita, karena Magnesium adalah salah satu